Minggu, 02 Maret 2014

KIR

Bersama Kita Bisa…Bersama Kita Mudah

PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM

A. Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah suatu akronim yang digunakan dalam konteks pembelajaran. Akronim sejenis yang digunakan yakni ASIK yang berarti Aktif, Senang, Inovatif dan Kreatif. Secara umum memang dikenal dengan sebutan PAKEM yakni Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Tetapi seiring dengan perkembangannya ditambah dengan pengembangan dari pembelajaran kreatif yakni pembelajaran yang inovatif. Dan sekarang lebih dikenal dengan PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Menurut  Syah dan Kariadinata (2009: 1) PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

Adapun maksud dari masing-masing kata PAIKEM menurut Suparlan dkk, (2008: 70) yaitu : 1) Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan memecahkan masalah. 2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai tuntutan dan perkembangan pendidikan. 3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. 4) Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran yakni mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan. 5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajarmengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya tinggi.
Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai motivator dan fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau dan setiap kesulitan yang dihadapi siswa selalu memberi solusi.
Secara garis besar Suparlan, dkk (2008: 71) menggambarkan PAIKEM sebagai berikut : 1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
4) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasan dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan pendapat tersebut menggambarkan bahwa PAIKEM diantara guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin koordinasi
pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru.
B. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, berfikir kritis, dan berpikir kreatif (critical and creative thinking). Berpikir adalah suatu kecakapan nalar secara beratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, member keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir creative adalah suatu kegiatan mental untuk mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk atau soal-soal dalam tiap mata plejaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, dsb.
C. Karakteristik PAIKEM
Menurut  Syah dan Kariadinata (2009: 3-4)
  1. Berpusat pada siswa (student-centered );
  2. Belajar yang menyenangkan (joyfull  learning);
  3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning);
  4. Belajar secara tuntas (mastery learning);
  5. Belajar secara berkesinambungan (continuous  learning);
  6. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke-disini-an (contextual  learning).
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembaljaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi.
1. Mengalami (pengalaman belajar), antara lain:
  • Melakukan pengamatan
  • Melakukan percobaan
  • Melakukan penyelidikan
  • Melakukan wawancara
  • Siswa belajar banyak melalui berbuat
  • Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi, bentuknya antara lain:
  • Mengemukakan pendapat
  • Presentasi laporan
  • Memajangkan hasil kerja
  • Ungkap gagasan
3. Interaksi, bentuknya antara lain:
  • Diskusi
  • Tanya jawab
  • Lempar lagi pertanyaan
  • Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
  • Makna yang terbangun semakin mantap
  • Kualitas hasil belajar meningkat
4. Kegiatan refleksi yaitu memikirkan kembaliapa yang diperbuat atau dipikirkan.
  • Mengapa demikian?
  • Apakah hal itu berlaku untuk?
  • Untuk perbaikan gagasan/ makna
  • Untuk tidak mengalami kesalahan
  • Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam meberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi dan transoer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
D. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan PAIKEM
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Suparlan, dkk (2008: 74) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM yaitu :
1) Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi perkembangan sikap berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur bagi perkembangan kedua sifat tersebut.
2) Mengenal anak secara perorangan
Masing-masing siswa/anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengenal kemampuan anak, guru dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak menjadi optimal.
3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dengan duduk berkelompok akan memudahkan mereka untuk saling berinteraksi dan bertukar pikiran dalam menyelesaikan tugasnya.
4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berfikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan berimajinasi oleh karena itu tugas guru adalah mengembangkannya dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka.
5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk dapat memberi motivasi siswa bekerja lebih baik lagi dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya. Dan juga dapat dijadikan rujukan bagi guru ketika membahas suatu masalah.
6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) sebagai bahan dan sumber belajar perlu dimanfaatkan oleh guru, agar anak menjadi lebih senang, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, membuat gambar dan lainnya.
7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Umpan balik merupakan interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa dan diberikan secara santun untuk menanamkan rasa percaya diri. Guru harus konsisten memeriksa dan memberikan hasil pekerjaan siswa.
8) Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental
Aktif mental lebih diutamakan daripada aktif secara fisikal. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan keberanian dari siswa. Guru hendaknya mampu menghilangkan perasaan penyebab rasa takut tersebut.
Hal-hal di atas jika diperhatikan dengan baik maka akan member peluang Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) akan berhasil. Ciri-ciri PAIKEM berhasil, Menurut Suparlan, dkk (2008: 95) adalah “aktif, kritis, kreatif, kematangan emosional-sosial meningkat, produktif dan siap menghadapi perubahan”. Dan tidak diragukan lagi jika PAIKEM benar-benar dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya maka tujuan pendidikan seperti apa yang diharapkan dalam Undang-Undang yakni membentuk watak dan mengembangkan potensi anak didik akan tercapai.
E. PENJABARAN PAIKEM
1. Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12) dalam Syah dan Kariadinata (2009: 13) , artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.  Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan  semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendir.
Gambar Siswa Aktif di kelas (sumber:http://dinidinidini.wordpress.com)
Menurut Taslimuharrom (2008) dalam Syah dan Kariadinata (2009: 14-15) sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
1)  Keterlekatan pada tugas (Commitment)
Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal);
2)  Tanggung jawab (Responsibility)
Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3)  Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergan­tung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang­geng diban­dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat  apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.
Mengapa harus aktif?
Menurut Yani (2010), dalam proses pembelajaran, yang akan mencapai tujuan belajar adalah siswa bukan guru. Guru hanya diminta untuk menciptakan situasi yang kondusif agar siswa dapat belajar. Jika pihak yang belajar tidak aktif, maka sebenarnya tidak ada kata belajar. Cerita tentang kambing yang dipaksa minum, mungkin kita dapat mengikat kambing dan mengendongnya (jika perlu) ke tepi sungai tetapi jika kambing emoh minum akan sulit kita memaksanya. Begitu juga belajar, guru diharapkan mampu memberi motivasi agar siswa mau aktif untuk belajar. Usaha guru memberi motivasi dan mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran adalah dengan cara atau metode pembelajaran yang menyenangkan.
Kriteria Pembelajaran Aktif:
Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti:
  • Menulis
  • Berdiskusi
  • Berdebat
  • Memecahkan masalah
  • Mengajukan pertanyaan
  • Menjawab pertanyaan
  • Menjelaskan
  • Menganalisis
  • Mensintesa
  • Mengevaluasi
2. Pembelajaran Inovatif
McLeod (1989:520) dalam Syah dan Kariadinata (2009: 16) mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.
Syah dan Kariadinata (2009: 16) Pembelajaran inovatif  dapat  menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara system atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
3. Pembelajaran Kreatif
Menurut Syah dan Kariadinata (2009: 32) Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa
Kriteria Kreatif:
  • Berpikir kritis
  • Memecahkan masalah secara konstruktif
  • Ide/ gagasan yang berbeda
  • Berfikir konvergen (pemecahan masalah yang “benar” atau “terbaik”).
  • Berfikir divergen (beragam alternative pemecahan masalah)
  • Fleksibelitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
  • Berfikir terbuka
4. Pembelajaran Efektif
Menurut Syah dan Kariadinata (2009: 33) Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang  “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006 dalam Syah dan Kariadinata (2009: 32) )
Kriteria Efektif:
Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
  • Siswa menguasai konsep
  • Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
  • Siswa menghasilkan produk tertentu
  • Siswa termotivasi untuk giat belajar
5. Pembelajaran Menyenangkan
menurut Syah dan Kariadinata (2009: 34) Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembela- jaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Menurut Suprijono (2009) pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana Socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.
Gambar Pembelajaran Yang Menyenangkan
Kriteria Menyenangkan:
Pembelajaran berlangsung secara:
  • Interaktif
  • Dinamik
  • Menarik
  • Menggembirakan
  • Atraktif
  • Menimbulkan inspirasi
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar – mengajar yang aktif (PAIKEM).
1. Think-Pair-Share merupakan kegiatan sederhana di kelas. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan tentang sebuah topik, berdiskusi dengan teman sebayanya, dan berbagai hasilnya dengan teman lain di kelasnya.
2. Minute Papers ialah kegiatan guru memberikan peluang kepada siswa untuk menyintesiskan pengetahuannya dan menjawab pertanyaan seperti apa hal yang paling penting yang telah dipelajari hari ini? Apa pertanyaan yang belum terjawab? Dan pertanyaan lainnya yang menyangkut kegiatan belajar mengajar yang telah dilaluinya.
3. Writing Activities merupakan peluang bagi siswa untuk berpikir dan memproses informasi yang dimilikinya. Misalnya sebagai tambahan kegiatan Minutes Papers di atas, guru dapat memberikan sebuah pertanyaan yang dari satu siswa diberi waktu untuk secara bebas menuliskan jawabannya. Tentu saja guru juga bisa memberikan topik; untuk menjadi bahan yang akan ditulis oleh siswanya.
4. Brainstorming merupakan teknik sederhana lainnya yang dapat melibatkan semua siswa di dalam kelas untuk berdiskusi. Dengan mengetengahkan sebuah topik, guru dapat meminta masukan dari siswanya dan mencatat masukan – masukan itu pada papan tulis.
5. Games merupakan teknik yang biasanya menarik banyak siswa. Bisa termasuk di dalamnya matching, mysteries, group competitions, solving puzzles, dan lain sebagainya.
6. Debates yang ditampilkan di kelas bisa menjadi alat yang efektif dalam mendorong siswa untuk berpikir tentang sesuatu dari arah yang berbedabeda.
7. Group work dapat menjadi peluang bagi setiap siswa untuk berbicara, berbagi pandangan, dan mengembangkan keterampilan untuk berkolaborasi dengan orang lain.
8. Case Studies biasanya menggunakan cerita nyata dari kehidupan seharihari yang terjadi pada masyarkat di lingkungan siswa itu sendiri, dalam keluarga, dalam sekolah, atau yang terjadi pada seseorang di antara para siswa itu. Hal ini akan memberikan wawasan tentang situasi nyata, langkah yang sebaiknya diambil, dan akibat-akibat yang mungkin terjadi.
9. Concept mapping membantu siswa untuk bisa menciptakan representasi visual dari model, gagasan, dan hubungan antara konsep. Mereka menggambarkan dengan menggunakan lingkaran dan garis penghubung, dengan fase yang dapat menghubungkan pada garis-garis tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Al Hudlori , Manshur. 2010.  Studi Tentang Penerapan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem) Mata Pelajaran Penjasorkes Di Sma Negeri Se-Kabupaten. Karanganyar Tahun 2010. Skripsi  tidak dipublikasikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret: Surakarta
Depdiknas. 2008. Panduan  Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning) Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/ (diakses 22 Januari 2011).
Sidjabat. 2008. Teori Belajar Aktif Dalam Pembelajaran Pak. Jakarta: Anonim (online) http://www.tiranus.net/teori-belajar-aktif-dalam-pembelajaran-pak (diakses 22 Januari 2011).
Suparlan, Dasim, dan Danny. 2008. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Bandung : PT Genesindo.
Suprijono, agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar: Surabaya
Syah ,Muhibbin dan  Kariadinata, Rahayu. 2009 Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).  Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan  UIN Sunan Gunung Djati  Bandung.
Yani, Ahmad. 2009. Implementasi Pakem Di Sekolah. Anonim
Zainon. 2009. Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Lampung: UNILA Press. (online) http://blog.unila.ac.id/sinung/2009/09/17/menciptakan-pembelajaran-kreatif -dan-menyenangkan-untuk-peningkatan-kualitas-pembelajaran/ (diakses 22 Januari 2011).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar